Jakarta, Djatinegara.com – Pasar modal Tanah Air diproyeksikan lebih bergairah di sisa akhir 2021. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai sejumlah analis bakal meningkat pada kuartal IV-2021.
CEO Sucor Sekuritas Bernardus Setya menjelaskan, proyeksi kinerja pasar modal dalam negeri lebih baik pada kuartal terakhir 2021 karena tren ekonomi global yang menunjukan sebagian besar negara telah keluar dari zona resesi akibat pandemi covid-19, termasuk Indonesia.
“Kita optimistis mengalami recovery setelah kita mengalami kontraksi yang dalam akibat covid-19 yang terjadi sejak 2020. Kami melihat IHSG di kisaran Rp6.600-Rp6.800 di akhir tahun,” ujarnya dalam seminar daring bertema Riding Out a Market Downturn, dikutip Djatinegara.com, Senin, 6 September 2021.
Dia mengatakan secara konsensus GDP Indonesia mencapai 4 persen tahun ini. Proyeksi yang cukup signifikan setelah minus 2 persen pada 2020. Selain itu, optimisme muncul karena dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia cukup kuat pada 2021 dibandingkan dengan tahun lalu.
Dari data pihaknya, papar Bernadus, sejak Februari hingga Desember 2020 bursa efek dalam negeri didominasi dengan penjualan bersih saham oleh investor asing. Puncaknya pada September 2020, penjualan saham oleh investor asing di Bursa Efek Indonesia mencapai lebih dari Rp15 triliun.
Adapun pembelian saham yang dilakukan investor asing pada 2020 hanya terlihat pada bulan Mei yang nilainya masih di bawah Rp10 triliun.
Berbeda dengan 2021, pembelian saham oleh investor asing sangat dominan dengan nilai terbesar terjadi pada Januari mencapai lebih dari Rp10 triliun. Hal itu pun berlanjut dalam kurun waktu empat bulan terakhir yang mendorong geliat IHSG.
Bernardus memaparkan hal lain yang akan ikut memicu IHSG lebih bergeliat yaitu menguatnya sektor komoditas, terlebih Indonesia sebagai salah satu pemasok terbesar di dunia. Dia mengatakan harga batu bara naik 86,02 persen sampai akhir Juli. Pada September, harganya mencapai USD175 per ton dan menjadi tertinggi sejak 2018.
Demikian juga dengan harga timah yang naik 74,16 persen dan nikel 18,02 persen. Di dalam negeri, optimisme pasar pun terdorong dengan keberhasilan pemerintah menekan laju covid-19 varian delta dan memasifkan program vaksinasi. Hal itu lantas memutar kembali roda perekonomian lebih kencang.
Bernardus memberi gambaran, memasuki semester kedua, utamanya pada September biasanya merupakan bulan ‘berdarah bagi IHSG’. Data menunjukkan, pada bulan tersebut pada periode 2018-2020 IHSG berada di zona merah.
Kendati demikian, data dari 2017-2020 yaitu pada Oktober IHSG selalu di zona hijau dan satu tahun di zona merah. Dia menyebut, pasar pada September memang volatile termasuk pada 2021. Tetapi hal itu adalah kesempatan bagus untuk melirik melihat saham apa yang berpotensi dikoleksi ke depan.
Oleh karena itu menurutnya investor tak perlu khawatir menghadapi kondisi pasar di akhir tahun karena kecenderungan pasar yang bullish lebih besar.
“Pada Agustus ada short rally dari tanggal 1-18 digerakan emiten big caps. Dan kami yakin blue chip pada kuartal IV cukup menarik diperhatikan. IHSG mengalami kenaikan dari Oktober sampai Desember ditopang blue chip biasanya,” imbuhnya.
Bernadus memaparkan, emiten big caps yang menggerakan kenaikan IHSG dan persentase kenaikan harga sahamnya pada periode 1-18 Agustus adalah BBCA (10,55 persen), BBRI (9,7 persen), ASII (10,7 persen), TLKM (5,56 persen), BMRI (6,14 persen), SMGR (22,4 persen), BBNI (13,49 persen), INTP (27,27 persen), BRPT (16,49 persen), dan CPIN (7,21 persen).
Optimisme yang sama diungkapkan pula oleh Mentor of BBK Trading Tools, Feyara. Menurut Feyara, apa yang diungkapkan Bernardus adalah optimisme yang kuat di pasar modal Indonesia. Selain itu, optimisme terdorong pula stimulus pemerintah untuk meningkatkan pemulihan ekonomi.
“Ada realisasi Program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) 2021 yang realisasinya 43,9 persen yaitu Rp326 triliun. Kemudian peningkatan ekonomi triwulan kedua year on year sekitar 7 persen,” ujarnya.
Pemerintah melalui PEN, kata dia, mendorong tingkat konsumsi yang akan menggerakan sektor rumah tangga pada akhir tahun. Selain itu, dorongan pemerintah atas investasi di sektor publik akan memicu sentimen positif di pasar modal pada kuartal terakhir 2021.
Discussion about this post