Jakarta, Djatinegara.com – Koperasi Wahana Kalpika (KWK) merespon keras kritikan anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI Eneng Malianasari terkait lelang E-Katalog oleh Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPBJ) dan Dinas Perhubungan DKI tentang pengadaan unit bus kecil AC atau Mikrotrans.
Bendahara Umum KWK M Sitohang menilai pernyataan Eneng tidak didukung oleh data yang valid, sehingga hanya membuat gaduh di masyarakat, serta 11 operator peserta lelang E-Katalog.
“Pernyataan anggota Fraksi PSI itu tidak mendukung program unggulan Pemprov DKI (melalui Dinas Perhubungan dan PT Transjakarta) yang ingin meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat pengguna angkutan umum massal,” kata Sitohang kepada wartawan, di kantor KWK, kawasan Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (31/8).
Sitohang mengatakan, pengadaan armada bus Mikrotrans ber-AC telah dibahas secara mendalam oleh Pokja. Selain itu, pengadaan bus kecil ber-AC merupakan program unggulan Pemprov DKI
Sitohang melanjutkan, pengadaan bus kecil ber-AC sekaligus untuk meningkatkan animo masyarakat kelas menengah untuk berpindah menggunakan transportasi umum.
“Pengadaan Mikrotrans ini sudah tepat. Juga telah dilelang, dan pemenangnya 11 operator yang memenuhi persyaratan secara profesional dan prosedural BPPBJ. Pemprov DKI juga telah menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS),” kata Sitohang lagi.
Wakil Ketua KWK H Tahir Tanyo menambahkan, lelang E- Katalog sudah dilaksanakan, namun belum ada surat keputusan (SK) dari Dinas Perhubungan dan PT Transjakarta.
“Sebab, operator pemenang lelang masih mengkaji secara mendalam karena nilai investasinya tinggi,” kata Tahir.
Untuk unit bus kecil ber AC dari Suzuki sebesar Rp 280.325 juta, nilai angsuran Rp5.450.850 selama 5 tahun, biaya pemeliharaan Rp4 jutaan per bulannya.
“Jadi kami berat sekali,” kata Tahir.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B (Bidang Perekonomian) DPRD DKI Taufik Azhar menyesalkan kritikan yang disampaikan Eneng Malianasari.
“Kritikan Eneng hanya berdasar pencarian browsing di Google. Bukan data yang valid, sehingga bisa menimbukan interprestasi masyarakat. Karena nilai pengadaan 3.000 armada Metro Trans mencapai Rp1 triliun lebih. Ini yang sama sekali tidak masuk akal,” ujar Taufik Azhar.
Sebelumnya Eneng Malianasari mempertanyakan proyek pengadaan unit armada bus kecil ber-AC yang terintegrasi dengan Jak Lingko karena dinilai terlalu mahal.
Eneng mengatakan mahalnya program bus kecil ber-AC bisa terlihat dari E-Katalog LKPP yang memuat harga rata-rata jasa angkot ber-AC sebesar Rp5.339 per kilometer untuk jarak tempuh 180 kilometer per hari dan Rp5.826 per kilometer untuk jarak tempuh 200 kilometer per hari.
Eneng mengatakan, setiap hari PT Transjakarta berpotensi membayar setiap angkot sebesar Rp Rp1.048.640 untuk jarak tempuh 180 kilometer dan Rp 1.067.833 untuk jarak tempuh 200 kilometer.
“Mobilnya pakai Daihatsu Granmax dan Suzuki Carry tapi biayanya lebih dari Rp 1 juta per hari, rasanya kok tidak logis. Sebagai perbandingan, sewa mobil Kijang Innova termasuk sopir dan BBM biasanya tidak sampai Rp1 juta per hari. Padahal harga beli mobil, fitur, dan konsumsi BBM Kijang Innova jauh di atas Daihatsu Granmax dan Suzuki Carry,” kata Eneng, Minggu (29/8).
Discussion about this post