Padang, Djatinegara-Salah satu dampak paling berbahaya dari pemanasan global dan perubahan iklim adalah peningkatan volume air laut. Untuk itu dibutuhkan riset dan inovasi dalam menghadapi masalah tersebut.
Itulah yang diutarakan oleh AS Institute kala bertamu dengan Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy di ruang kerjanya, Padang, Senin (10/1).
Dalam pertemuan tersebut, AS Institute membicarakan tentang gagasan teknologi stabilitas volume air laut untuk menyelamatkan bumi agar tidak tenggelam akibat kenaikan air laut.
“AS Institute sebagai lembaga yang diprakarsai untuk menciptakan nuansa riset dan inovasi dalam tubuh masyarakat menilai dampak paling berbahaya dari pemanasan global dan perubahan iklim adalah peningkatan volume air laut,” kata Founder AS Institute Al Mukhollis Siagian.
“Indonesia merupakan daerah yang memiliki garis pantai yang panjang, sehingga diperlukan gagasan untuk menyelamatkan Indonesia khususnya Sumbar dari kenaikan air laut,” lanjutnya.
Mukhollis mengatakan gagasan teknologi stabilitas volume air laut dinilai tepat untuk memperlambat dunia dari kehancuran. “Teknologi stabilitas volume air laut perlu digagas untuk memperlambat kehancuran dunia,” ujar Mukhollis.
Selain itu, kata Mukhollis, gagasan tersebut juga membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki gagasan besar dan mampu membentuk teknologi paling ramah lingkungan serta berkekuatan besar dalam menyelamatkan bumi.
“Gagasan tersebut diperuntukkan untuk mengguncang dunia bahwa Indonesia memiliki gagasan dan mampu membentuk teknologi paling ramah lingkungan dan berpower besar dalam menyelamatkan bumi,” terangnya.
Sementara itu, Audy Joinaldy mengatakan gagasan teknologi stabilitas volume air laut untuk menyelamatkan bumi adalah gagasan yang bagus. Akan tetapi, gagasan tersebut merupakan gagasan yang cukup berat.
Disebutkan, dalam merealisasikan gagasan tersebut dibutuhkan waktu yang lama, tim yang banyak serta biaya yang sangat besar.
“Gagasan itu cukup berat dan membutuhkan waktu yang panjang, tim banyak, dan biaya yang besar,” sebut Audy.
Audy menambahkan Indonesia dirasa belum cukup mumpuni untuk mengeksekusi gagasan besar itu. Akan tetapi, Audy berkeyakinan Indonesia di masa mendatang mampu untuk menciptakan dan mengembangkan teknologi stabilitas volume air laut.
“Indonesia belum cukup mumpuni untuk itu sepertinya dalam beberapa waktu mendatang. Persoalan Pandemi Covid-19 kita masih kewalahan,” pungkas orang nomor dua di Sumbar itu.
Discussion about this post