Padang, Djatinegara.com – Pikiran awam dan labelling adalah sebuah konstelasi yang menjadi momok bagi para kaum hawa untuk tidak mampu berekspresi bebas, akibatnya percaya diri berada ditingkat paling rendah. Penetapan pasangan calon gubernur Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang(FIS UNP) menjadi perbincangan hangat yang banyak menarik perhatian mahasiswa khususnya warga FIS UNP, sebab dalam pesta demokrasi tahun ini dihadirkan seorang wanita tangguh dan memiliki tanggung jawab yang luar biasa.
Rahmi Hertiani adalah mahasiswa pilihan dari jurusan Ilmu Sosial Politik-ISP dalam model pembelajaran EXO OLO TASK pada mata pelajaran PPKn yang akan merubah stigma masyarakat bahwasanya perempuan juga mampu menjadi seorang pemimpin.
Berbicara perihal kepemimpinan tak lepas dari rasa tanggung jawab dan komunikasi. Singkatnya seorang pemimpin lebih memiliki nilai positif dan mampu merangkul seluruh bawahannya dengan melihat potensi yang dimiliki anggotanya dalam menjalankan sebuah tujuan yang hendak dicapai. Dalam perspektif politik subordinasi menjadi ajang becandaan yang dikuasai oleh kaum patriarki, sehingga perempuan dianggap tidak berpotensi dalam hal itu. sebenarnya tolak ukur dalam pemimpin bukanlah sebuah gender namun, yang dilihat adalah potensi, kapasitas, dan kapabilitas serta gagasan yang di tawarkan.
Kepemimpinan perempuan sering kali dianggap tidak berbobot, tentu hal ini sangat keliru dan ini adalah salah satu bentuk deskriminasi dan ketidak adilan dalam berpikir. Dapat kita lihat banyaknya perempuan sebagai pemimpin untuk kita bercermin, baik dalam jabatan maupun dalam sebuah pergerakan, sebut saja RA. Kartini sebagai contohnya dan di tanah minang sendiri seperti Rohana Kudus dan Siti Manggopoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan melalui karya-karya dan pergerakannya. Sebenarnya tanpa melihat lebih jauh lagi dalam lingkup FIS UNP saja pimpinan Fakultas Ilmu Sosial saat ini dipimpin oleh Dr. Siti Fatimah, M.Pd., M.Hum seorang wanita intelektual yang ada di lingkungan FIS UNP.
Keberadan Rahmi Hertiani menjadi harapan bagi perempuan FIS UNP untuk mengkondisikan segala kebutuhan yang secara kuantitas lebih dominan di bandingkan kaum laki-laki. Rahmi Hertiani, perempuan UNP diharapkan dapat menangani isu-isu perempuan, salah satunya pelecehan seksual di dunia kampus yang akhir-akhir ini menjadi omongan publik. Hal semacam ini akan sangat dibutuhkan demi membangun nuansa lingkungan akademik yang jauh dari pelecehan seksual. Perempuan yang dikenal gigih, optimis dan sikap tanggung jawab dalam bekerja, serta pengalaman yang baik dalam berorganisasi tidak menutup kemungkinan bahwa niat baik akan selalu menemukan jalan terbaiknya.
Discussion about this post