Jakarta, Djatinegara.com – Cinta atau loyalitas BEM UI dan mahasiswa di seluruh Indonesia itu pada NKRI, bukan pada orang per orang.
Bacalah sejarah, siapapun Presidennya, maka tugas mahasiswa adalah mengawasinya, mengkritiknya. Presiden setelah Jokowi pun harus dikritik oleh mahasiswa, karena tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada Presiden yang sempurna, dan tidak ada pemerintahan yang sempurna.
Kritik adalah salah satu bentuk gotong royong untuk mempercepat kemajuan Indonesia. Mahasiswa adalah kelompok yang menyadari bahwa usia negara panjang, dan usia tokoh idola kita itu terbatas.
Media sosial adalah salah satu sarana untuk mewujudkan pemerintahan digital sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Jokowi. Mustahil membangun pemerintahan digital, ekonomi digital, masyarakat digital tanpa kritik lewat media digital.
Oleh karena itu, saya mengecam keras peretasan terhadap akun-akun media sosial beberapa pengurus BEM UI. Ini termasuk kejahatan siber yang membahayakan demokrasi dan memperlambat bangsa kita menuju pemerintahan digital.
Saya juga mengecam keras Dosen UI yang menulis “Dulu masuk UI, nyogok ya?”, di mana kalimat itu ditujukan kepada Pengurus BEM UI. Ini kan aneh, masak dosen galau ketika mahasiswanya mengkiritik kekuasaan.
Saya yakin Presiden Jokowi pun biasa-biasa saja dikritik, sayang beberapa orang bertindak melewati batas, ini bisa menurunkan kualitas demokrasi kita.
Proklamator Kemerdekaan Indonesia Bung Hatta mengatakan: usia negara panjang, usia manusia pendek, oleh sebab itu, jangan menggantungkan masa depan negara pada orang per orang.
Kritikan BEM UI pada Presiden Jokowi harus dilihat sebagai kritikan juga pada Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota dan seluruh pejabat yang dibayar dengan uang rakyat, banyak pejabat berjanji lalu lupa, atau tak mampu merealisasikan janjinya.
Mari tingkatkan kecintaan kita pada NKRI, kurangi kecintaan kita pada orang per orang, Jika orang lebih mencintai idolanya ketimbang kepentingan nasional, maka bangsa ini akan mudah sekali di adu domba.
Wajar setiap orang punya idola, tapi kalau idolanya itu dia anggap raja yang tidak pernah salah, maka itu berbahaya bagi kesehatan mentalnya, berbahaya juga untuk kesehatan mental bangsa Indonesia.
Terima kasih BEM UI, Jakarta 28 Juni 2021, Hariqo
Hariqo Wibawa Satria adalah pengamat media sosial dari Komunikonten, CEO Global Influencer School, dan penulis buku “Seni Mengelola Tim Media Sosial”.
Discussion about this post